Selamat datang di moron brother blog

Rabu, 29 September 2010

LATAR BELAKANG.

Bahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan, bahasa memiliki pola dan kaidah-kaidah yang tidak boleh dilanggar, karena akan menyebabkan gangguan dalam berkomunikasi. Bahasa juga bias dijadikan cerminan atas kepribadian seseorang karena bahasa merefleksikan perasaan, pikiran dan tingkah laku. Berkualitasnya sebuah Komunikasi ditentukan oleh gaya bahasa dari masing-masing individu, sehingga ada sebuah tuntutan bagi para pengirim dan penerima untuk menguasai bahasanya.

Bahasa itu sendiri menurut kebutuhannya dapat digolongkan menjadi dua jenis bahasa, yaitu bahasa primer dan bahasa sekunder Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya.

Dalam pembahasan bahasa Indonesia terdapat kekurangan-kekurangan yang akan menimbulkan sikap positif terhadap bahasa indonesia yang diwujudkan dalam :

1. Kesetiaan Bahasa dan Kebanggaan Bahasa
Kesetiaan dan kebanggaan bahasa adalah keinginan suatu masyarakat pendukung bahasa untuk memelihara dan mempertahankan suatu bahasa, bahkan kalau perlu mencegahnya dari pengaruh bahasa lain, mencegah adanya interferensi dari bahasa asing. Pertimbangan semacam ini mendorong seseorang atau masyarakat pendukung bahasa itu untuk menjadikan bahasanya sebagai penanda jati diri identitas etniknya, dan sekaligus membedakannya dari etnik lain.
Kesetiaan dan kebanggaan bahasa – seperti halnya nasionalisme—adalah daya ide yang mengisi mental dan hati manusia dengan pikiran-pikiran dan sistem yang mengendalikan manusia untuk menerjemahkan kesadarannya dalam tingkah laku berpola (Weinrich, 1974:99).

2. Kesadaran Bahasa
Sesuatu yang mendorong seseorang untuk menggunakan bahasanya sesuai dengan aturan dan tata cara dalam penggunaan bahasa yang baik dan benar. Kesadaran bahwa bahasa berfungsi lebih dari sekedar kode netral untuk menyampaikan makna bukanlah barang baru. Dalam pandangan ini, bahasa berfungsi untuk mengkodekan pandangan terhadap lingkungan sekitar, atau ideologi (lihat Kress 1991.